Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah ini yang tepat pada waktunya yang mengenai
Pendekatan dan Model Pembelajaran
Makalah ini berisikan tentang informasi
tentang bagaimana cara individu sebagai pendidik untuk mengembangkan pola
mengajar dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu. Diharapkan Makalah
ini dapat memberikan informasi tentang penyajian model pembelajaran bagi
peserta didik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Tuhan YME senantiasa merestui segala usaha kita.
Amin.
Bandung, 2 Oktober 2012
Tim
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Dalam
proses belajar mengejar kita mengenal istilah pendekatan dan model
pembelajaran. Kedua istilah itu sangat penting bagi proses belajar mengajar
karena pendekatan pembelajaran itu sendiri dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran.Pendekatan pemebelajaran juga
dapat digunakan untuk menetapkan strategi dn langkah-langkah pembelajaran demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Setiap pendekatan yang diterapkan akan
melibatkan kemampuan subyek belajar siswa atau guru,dengan kadarnya
masing-masing.
Sedangkan model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga
diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.sekarang
model pembelajaran banyak dikembangkan dari yang sederhana sampai model yang
agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Untuk itu guru harus mampu
memilih
pendekatan dan model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Guru
harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta
sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat
diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang sebagaimana tersebut,maka rumusan permasalahan yang diajukan
dalam makalah ini sebagai berikut :
·
Adakah macam
macam pendekatan dan model pembelajaran?
·
Bagaimana
ciri-ciri dari model pembelajaran?
·
Bagaimana
memilih sistem pendekatan dan model pembelajaran yang efektik ?
·
Apakah
pendekatan dan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi
siswa ?
C. Tujuan
·
Untuk mengetahui
berbagai macam pendekatan dan model pembelajaran
·
Untuk mengetahui
ciri-ciri dalam model pembelajaran
·
Untuk
mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan dan model pembelajaran yang
dipandang paling efektif
·
Untuk mengetahui
hasil belajar dan prestasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN DAN
MODEL PEMBELAJARAN
A.
PERKEMBANGAN SISWA
Siswa merupakan suatu komponen input
dalam proses pendidikan, yang tingkat keberhasilannya tergantung pada keadaan,
kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Peresapan bahan yang
disampaikan guru juga bergantung juga pada sambutan siswa. Ada faktor yang
mampu membuat seorang siswa mampu menyerap apa yang guru sampaikan, yaitu
kebutuhannya sebagai remaja.
B.
KEBUTUHAN PARA REMAJA
Para remaja mengalami proses yang sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya, yakni proses secara proses
secara berkelanjutan guna memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan adalah kecendrungan
permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan kelakuan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Guru hendaknya selalu sensitif
terhadap kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahami sebaik mungkin.
Cara yang memungkinkan terciptanya pendekatan yang baik antara guru dan siswa
dan terlaksana apabila memperhatikan tiga aspek berikut :
- Memahami dan mempelajari kebutuhan remaja dengan menggunakan sudut pandang orang dewasa;
- Membagian angket agar guru mengetahui tentang kendala kegiatan belajar-mengajar atau remaja secara pribadi hadapi;
- Tanggap terhadap kebutuhan mendadakn yang siswa butuhkan selama dibawah bimbingannya.
Tiga aspek tersebut dapat didukung pula
dengan teori dari beberapa ahli yang telah melakukan studi tentang kebutuhan
para siswa atau remaja. Dari studi tersebut dapat dibuat perumusan teori
kebutuhan sebagai berikut :
- Teori Prescott :
·
Kebutuhan
psikologis , seperti melakukan kegiatan, beristirahat, dan kegiatan seksual;
·
Kebutuhan sosial
(status), seperti menerima, diterima, menyukai orang lain, dan sebagainya; dan
·
Kebutuhan ego
(interaktif), seperti kontak dengan kenyataan, harmonisasi dengan kenyataan,
simbolisasi, meningkatkan kematangan diri sendiri, dan sebagainya.
- Teori Maslow.
Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan
psikologis akan muncul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpenuhi. Ia
mengklasifikasikan hal tersebut sebagai berikut :
·
Kebutuhan akan
kesemalamatan (safety needs);
·
Kebutuhan
memiliki dan mencintai (belonging and
love needs);
·
Kebutuhan untuk
mendapat penghargaan (Iesteem needs);
dan
·
Kebutuhan untuk
menonjolkan diri (self-actualizing needs).
C.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Di samping pendekatan pedagogi,
pelaksanaan pembelajaran juga dianjurkan untuk menggunakan pendekatan andragogi,
yang berbeda dengan pedagogi terutama dalam pandangan terhadap siswa. Pedagogi
diartikan sebagai “the art and science of
teaching children”, sedangkan andragogi diartikan sebagai “the
art and science of helping adults learn”. Kata “helping” mengandung arti peserta didik lebih
dominan dalam pembelajaran. Belajar dapat dipandang sebagai aktivitas
psikologis yang memerlukan dorongan dari luar. Oleh karena itu hal-hal yang
diupayakan antara lain:
- bagaimana memotivasi siswa, dan bagaimana materi belajar harus dikemas sehingga bisa membangkitkan motivasi belajar;
- belajar perlu dikaitkan dengan seluruh kehidupan siswa agar dapat menumbuhkan kesadaran mereka terhadap manfaat dari belajar.
Sehubungan dengan itu, dalam proses
pembelajaran yang paling penting adalah apa yang dipelajari peserta didik.
Dengan kata lain, apa yang dipelajari peserta didik merupakan kebutuhan dan
sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan kehendak yang ingin dicapai oleh guru.
Mengapa demikian? Meskipun andragogi merupakan ilmu yang ditujukan pada
pembelajaran orang dewasa, namun dalam prakteknya tidak semata-mata
diperuntukkan bagi kegiatan pendidikan yang melibatkan orang dewasa, melainkan
dalam kegiatan pendidikan anak-anakpun sangat relevan untuk diterapkan, karena
banyak prinsip andragogi yang layak diadaptasi dari praktik pedagogi.
Menyinggung kembali pendekatan pedagogi dan andragogi intensitas
terapan kedua konsep tersebut seiring dengan realita peserta didik artinya
pedagogi lebih dominan diterapkan pada pendidikan orang dewasa. Hal ini sangat
memungkinkan karena pedagogi dan andragogi merupakan dua sisi kontinum dalam
proses belajar manusia, bukan dua hal yang dikotomis.
MACAM
– MACAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Ada beberapa macam pendekatan
pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1. Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih
bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah,
tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak
hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali
siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut
untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip
membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru
memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran
dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta
dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id).
Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada
dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan
kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks
secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya
berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk
mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka
sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat
berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari
“apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya
untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga
untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan
masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi
dengan sesame teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga
mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum,
2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172)
menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang
sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang
penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau
metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara
dalam mengatasi masalah.
2.
Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir
pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget
(1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut
Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar
berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh
antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran
terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri
oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang
dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia
mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978)
menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya
dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya
dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep
yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang
dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga
boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan
analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne,
Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan
menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali
sebagai parcing.
Pendekatan
konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar
digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang
dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar
dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam
Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan
konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan
berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional.
Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis
(1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme
dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih
tinggi dan signifikan.
3. Pendekatan
Deduktif – Induktif
a.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan
pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran.
Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya
dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
b.
Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam
pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk
memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau
dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince
dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran
dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke
penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran
dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan
rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau
tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan
deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford
(dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan
neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information
based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan
transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major
(2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan
menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen
logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi
contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk
menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran
lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan
induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya
pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis
proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran
dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal
khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah
konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan
prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat
bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep
atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau
kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah
pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa
tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada
abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam
fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau
masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam
membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada
prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya
diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat
dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan
atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam
kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan
menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan
secara bergantian.
4. Pendekatan
Konsep dan Proses
a. Pendekatan
Konsep
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu
bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses
pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus.
Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
b. Pendekatan
Proses
Pada
pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan
siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan,
menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan
dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam
pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap
proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya
5. Pendekatan
Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National
Science Teachers Association (NSTA) (1990
:1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext
of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang
senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa
diajak untuk meningkatakan
kreativitas, sikap
ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan
sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1)
bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the
widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a
technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan
demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan
cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti
bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi
masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap
hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan
pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan
tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM
merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a
understand the many ways that scinence and technology shape culture, values,
and institution, and how such factors shape science and technology. STM
dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di
masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains
dan teknologi.
Hasil
penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam
Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan
pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara
biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini
guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih
lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan
pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan
langkah – langkah
(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
MODEL PEMBELAJARAN
Model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru dalam model pembelajaran
terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran tertentu.
- LANDASAN
Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif , menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19) Guru
perlu menguasai dan menerapkan berbagai
strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajran
secara spesifik. Penguasaan model pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan
peserta didik dalam pembelajaran.
Model Pembelajaran berdasarkan teori-teori belajar
a. Model interaksi sosial (Social interaction model )
Model ini
berdasarkan teori belajar Gestalt atau
yang dikenal dengan Field Thoery.
Model ini menitikberetkan pada hubungan antara individu dengan masyarakat atau
dengan individu lainnya.
b. Model proses informasi (information processing models)
Model ini
berdasarkan teori kognitif. Model tersebut berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan
tersebut. Model ini berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan
berfikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum (general
intelectual ability).
c. Model Pesonal (personal models)
Model
pembelajaran ini bertitik tolak dan pandangan dalam teory belajar Humanistik.
Model ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri (self). Titik
bertanya pada pembentukan pribadi individu dan mengorganisasi realitaya yang
rumit.
d. Model Modifikasi tingkah laku (behavior modivication
models)
Model
pembelajaran ini betitik tolak dari teori belajar behavioristik. Model tersebut
bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efisien untuk memperurutkan
tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi
penguatan (reinforcement).
Contoh model
pembelajaran :
Guru membagi
kelas dalam beberapa kelompok heterogen, Guru menjelaskan maksud pembelajaran
dan tugas kelompok, Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat
tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain. Masing-masing kelompok
membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan Setelah
selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok,
Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan Evaluasi
Penutup.
Macam-Macam Model Pembelajaran Terbaru (modivikasi)
Pembelajaran merupakan suatu cara
dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama
aktif melakukan kegiatan. Berikut ini adalah macam-macam model pembelajaran
yang terbaru:
·
Model
pembelajaran
Model Pembelajaran Adalah sebuah
model pembelajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan
kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Model
pembelajaran ini bisa dikatakan sebagai model pembelajaran yang paling ekonomis
dalam menyampaikan informasi serta paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literatur.
·
Model diskusi
Model pembelajaran diskusi merupakan
model pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah. Model
pembelajaran ini sering disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi/pelafalan
bersama.
·
Model demonstrasi
Model Demonstrasi Adalah model
pembelajaran dengan cara memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
·
Model ceramah plus
Model pembelajaran ceramah plus
adalah model pembelajaran yang menggunakan lebih dari satu model, yakni model
ceramah yang dikombinasikan dengan model yang lain. Terdapat 3 jenis model
pembelajaran ceramah plus, yaitu: model ceramah plus tanya jawab dan tugas,
model ceramah plus diskusi dan tugas, dan model ceramah plus demosntrasi dan
latihan.
·
Model Resitasi
Model pembelajaran resitasi adalah
suatu model pembelajaran yang mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat
sendiri.
·
Model eksperimental
Sering juga disebut sebagai model
pembelajaran percobaan. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran
dengan metode pemberian kesempatan kepada para peserta didik perorangan atau
kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Model
pembelajaran ini menggunakan alat tertentu dan dilakukan lebih dari 1x.
·
Model Teileren
Merupakan model pembelajaran dengan
cara memberikan materi secara bertahap/sebagian-sebagian. Misalnya paragraf per
paragraf kemudian dilanjutkan lagi dengan paragraf lainnya yang tentu saja
berkaitan dengan masalahnya.
·
Model Global (Ganze Model)
Merupakan suatu model pembelajaran
dengan meminta peserta didik membaca keseluruhan materi kemudian membuat resume
atau kesimpulan dari apa yang mereka baca.
BAB III
PENUTUP
Untuk dapat menyampaikan sebuah informasi,
dibutuhkan kemahiran dalam menyampaikan apa yang harus dipaparkan. Hal tersebut
dibutuhkan guru sebagaimana tugasnya sebagai pengajar bagi peserta didik.
Kiat-kiat mutahir pun harus diterapkan, dengan cara meninggalkan anggapan bahwa
siswa harus mengenali sifat dari pengajarnya. Memang itu salah satunya, tapi
justru guru yang harus mengenal karakter siswanya lebih jauh. “Tak kenal maka
tak sayang”, mungkin pepatah yang pas untuk menjelaskan hal ini. Semakin guru
mampu mengetahui karakter siswanya, semakin mudah pula pola pengajaran yang
bisa diterapkan. Disisi lain, dengan terciptanya keakraban antara keduanya,
maka akan menumbuhkan prilaku aktif dari siswa untuk mencari sendiri ilmu yan
mereka butuhkan tanpa ada rasa canggung yang selama ini menjadi citra buruk di
dunia pendidikan.
Daftar Pustaka
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda
Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa. 2004. Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: Rosda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar