Senin, 11 Maret 2013

Contoh Isi Makalah


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang tepat pada waktunya yang mengenai Pendekatan dan Model Pembelajaran
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang bagaimana cara individu sebagai pendidik untuk mengembangkan pola mengajar dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi tentang penyajian model pembelajaran bagi peserta didik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan YME senantiasa merestui segala usaha kita. Amin.




Bandung, 2 Oktober 2012


           Tim Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN

A . Latar belakang
            Dalam proses belajar mengejar kita mengenal istilah pendekatan dan model pembelajaran. Kedua istilah itu sangat penting bagi proses belajar mengajar karena pendekatan pembelajaran itu sendiri dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran.Pendekatan pemebelajaran juga dapat digunakan untuk menetapkan strategi dn langkah-langkah pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Setiap pendekatan yang diterapkan akan melibatkan kemampuan subyek belajar siswa atau guru,dengan kadarnya masing-masing.
            Sedangkan model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.sekarang model pembelajaran banyak dikembangkan dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
            Untuk itu guru harus mampu memilih pendekatan dan model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut,maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam makalah ini sebagai berikut :
·         Adakah macam macam pendekatan dan model pembelajaran?
·         Bagaimana ciri-ciri dari model pembelajaran?
·         Bagaimana memilih sistem pendekatan dan model pembelajaran yang efektik ?
·         Apakah pendekatan dan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa ?

C. Tujuan
·         Untuk mengetahui berbagai macam pendekatan dan model pembelajaran
·         Untuk mengetahui ciri-ciri dalam model pembelajaran
·         Untuk mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan dan model pembelajaran yang dipandang paling efektif
·         Untuk mengetahui hasil belajar dan prestasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran











BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN

A.  PERKEMBANGAN SISWA
Siswa merupakan suatu komponen input dalam proses pendidikan, yang tingkat keberhasilannya tergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Peresapan bahan yang disampaikan guru juga bergantung juga pada sambutan siswa. Ada faktor yang mampu membuat seorang siswa mampu menyerap apa yang guru sampaikan, yaitu kebutuhannya sebagai remaja.
B.  KEBUTUHAN PARA REMAJA
Para remaja mengalami proses yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya, yakni proses secara proses secara berkelanjutan guna memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan adalah kecendrungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Guru hendaknya selalu sensitif terhadap kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahami sebaik mungkin. Cara yang memungkinkan terciptanya pendekatan yang baik antara guru dan siswa dan terlaksana apabila memperhatikan tiga aspek berikut :
  1. Memahami dan mempelajari kebutuhan remaja dengan menggunakan sudut pandang orang dewasa;
  2. Membagian angket agar guru mengetahui tentang kendala kegiatan belajar-mengajar atau remaja secara pribadi hadapi;
  3. Tanggap terhadap kebutuhan mendadakn yang siswa butuhkan selama dibawah bimbingannya.
Tiga aspek tersebut dapat didukung pula dengan teori dari beberapa ahli yang telah melakukan studi tentang kebutuhan para siswa atau remaja. Dari studi tersebut dapat dibuat perumusan teori kebutuhan sebagai berikut :
  1. Teori Prescott :
·           Kebutuhan psikologis , seperti melakukan kegiatan, beristirahat, dan kegiatan seksual;
·           Kebutuhan sosial (status), seperti menerima, diterima, menyukai orang lain, dan sebagainya; dan
·           Kebutuhan ego (interaktif), seperti kontak dengan kenyataan, harmonisasi dengan kenyataan, simbolisasi, meningkatkan kematangan diri sendiri, dan sebagainya.
  1. Teori Maslow.
Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan psikologis akan muncul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpenuhi. Ia mengklasifikasikan hal tersebut sebagai berikut :
·           Kebutuhan akan kesemalamatan (safety needs);
·           Kebutuhan memiliki dan mencintai (belonging and love needs);
·           Kebutuhan untuk mendapat penghargaan (Iesteem needs); dan
·           Kebutuhan untuk menonjolkan diri (self-actualizing needs).
C.  PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Di samping pendekatan pedagogi, pelaksanaan pembelajaran juga dianjurkan untuk menggunakan pendekatan andragogi, yang berbeda dengan pedagogi terutama dalam pandangan terhadap siswa. Pedagogi diartikan sebagai “the art and science of teaching children”, sedangkan andragogi diartikan sebagai the art and science of helping adults learn”. Kata “helping mengandung arti peserta didik lebih dominan dalam pembelajaran. Belajar dapat dipandang sebagai aktivitas psikologis yang memerlukan dorongan dari luar. Oleh karena itu hal-hal yang diupayakan antara lain:
  1. bagaimana memotivasi siswa, dan bagaimana materi belajar harus dikemas sehingga bisa membangkitkan motivasi belajar;
  2. belajar perlu dikaitkan dengan seluruh kehidupan siswa agar dapat menumbuhkan kesadaran mereka terhadap manfaat dari belajar.
Sehubungan dengan itu, dalam proses pembelajaran yang paling penting adalah apa yang dipelajari peserta didik. Dengan kata lain, apa yang dipelajari peserta didik merupakan kebutuhan dan sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan kehendak yang ingin dicapai oleh guru. Mengapa demikian? Meskipun andragogi merupakan ilmu yang ditujukan pada pembelajaran orang dewasa, namun dalam prakteknya tidak semata-mata diperuntukkan bagi kegiatan pendidikan yang melibatkan orang dewasa, melainkan dalam kegiatan pendidikan anak-anakpun sangat relevan untuk diterapkan, karena banyak prinsip andragogi yang layak diadaptasi dari praktik pedagogi.
Menyinggung kembali pendekatan pedagogi dan andragogi intensitas terapan kedua konsep tersebut seiring dengan realita peserta didik artinya pedagogi lebih dominan diterapkan pada pendidikan orang dewasa. Hal ini sangat memungkinkan karena pedagogi dan andragogi merupakan dua sisi kontinum dalam proses belajar manusia, bukan dua hal yang dikotomis.

MACAM – MACAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN
            Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1.      Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.



2.      Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
 Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999)  kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.

3.      Pendekatan Deduktif – Induktif
a.       Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
b.      Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian.

4.      Pendekatan Konsep dan Proses
a.       Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
b.      Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya

5.      Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan
kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah (ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).

MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tertentu.
  • LANDASAN
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif , menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19) Guru perlu menguasai dan  menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajran secara spesifik. Penguasaan model pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran.
Model Pembelajaran berdasarkan teori-teori belajar
a.      Model interaksi sosial (Social interaction model )
Model ini berdasarkan teori belajar Gestalt atau yang dikenal dengan Field Thoery. Model ini menitikberetkan pada hubungan antara individu dengan masyarakat atau dengan individu lainnya.
b.      Model proses informasi (information processing models)
Model ini berdasarkan teori kognitif. Model tersebut berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan tersebut. Model ini berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berfikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum (general intelectual ability).
c.       Model Pesonal (personal models)
Model pembelajaran ini bertitik tolak dan pandangan dalam teory belajar Humanistik. Model ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri (self). Titik bertanya pada pembentukan pribadi individu dan mengorganisasi realitaya yang rumit.
d.      Model Modifikasi tingkah laku (behavior modivication models)
Model pembelajaran ini betitik tolak dari teori belajar behavioristik. Model tersebut bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efisien untuk memperurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement).
Contoh model pembelajaran :
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen, Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok, Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok, Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan Evaluasi Penutup.


Macam-Macam Model Pembelajaran Terbaru (modivikasi)
Pembelajaran merupakan suatu cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Berikut ini adalah macam-macam model pembelajaran yang terbaru:
·         Model pembelajaran
Model Pembelajaran Adalah sebuah model pembelajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Model pembelajaran ini bisa dikatakan sebagai model pembelajaran yang paling ekonomis dalam menyampaikan informasi serta paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur.
·         Model diskusi
Model pembelajaran diskusi merupakan model pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah. Model pembelajaran ini sering disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi/pelafalan bersama.
·         Model demonstrasi
Model Demonstrasi Adalah model pembelajaran dengan cara memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
·         Model ceramah plus
Model pembelajaran ceramah plus adalah model pembelajaran yang menggunakan lebih dari satu model, yakni model ceramah yang dikombinasikan dengan model yang lain. Terdapat 3 jenis model pembelajaran ceramah plus, yaitu: model ceramah plus tanya jawab dan tugas, model ceramah plus diskusi dan tugas, dan model ceramah plus demosntrasi dan latihan.
·         Model Resitasi
Model pembelajaran resitasi adalah suatu model pembelajaran yang mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
·         Model eksperimental
Sering juga disebut sebagai model pembelajaran percobaan. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran dengan metode pemberian kesempatan kepada para peserta didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Model pembelajaran ini menggunakan alat tertentu dan dilakukan lebih dari 1x.
·         Model Teileren
Merupakan model pembelajaran dengan cara memberikan materi secara bertahap/sebagian-sebagian. Misalnya paragraf per paragraf kemudian dilanjutkan lagi dengan paragraf lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
·         Model Global (Ganze Model)
Merupakan suatu model pembelajaran dengan meminta peserta didik membaca keseluruhan materi kemudian membuat resume atau kesimpulan dari apa yang mereka baca.








BAB III
PENUTUP

Untuk dapat menyampaikan sebuah informasi, dibutuhkan kemahiran dalam menyampaikan apa yang harus dipaparkan. Hal tersebut dibutuhkan guru sebagaimana tugasnya sebagai pengajar bagi peserta didik. Kiat-kiat mutahir pun harus diterapkan, dengan cara meninggalkan anggapan bahwa siswa harus mengenali sifat dari pengajarnya. Memang itu salah satunya, tapi justru guru yang harus mengenal karakter siswanya lebih jauh. “Tak kenal maka tak sayang”, mungkin pepatah yang pas untuk menjelaskan hal ini. Semakin guru mampu mengetahui karakter siswanya, semakin mudah pula pola pengajaran yang bisa diterapkan. Disisi lain, dengan terciptanya keakraban antara keduanya, maka akan menumbuhkan prilaku aktif dari siswa untuk mencari sendiri ilmu yan mereka butuhkan tanpa ada rasa canggung yang selama ini menjadi citra buruk di dunia pendidikan.










Daftar Pustaka

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda
Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar